Untuk Kota Kita, Makassar

“Piala Adipura dalam waktu sepuluh tahun terakhir tak pernah lagi berada di Makassar. Penyerahan Adipura pada 2010 lalu, Makassar hanya kebagian Piagam Adipura dari Kementrian Lingkungan Hidup”.(Harian Fajar edisi Selasa 22 Februari 2011)



Makassar. Berkembang pesat sejak zaman penjajahan bangsa Eropa hingga penjajahan oleh bangsa sendiri, bahkan kini bercita-cita untuk menjadi kota dunia. Akibat perkembangannya tersebut Makassar kini disebut sebagai “Jakartanya” Indonesia Timur. Sebagai penduduk asli kota ini, saya ikut merasa bangga dengan semua itu. Namun disamping kebanggan itu terbersit pula kekhawatiran. Kalau julukan tersebut disebabkan tren positif seperti perkembangan ekonomi, pendidikan, budaya dan pariwisata bolehlah kita berbangga. Namun jika mengikuti tern negatif seperti kemacetan, banjir, populasi yang tidak terkendali maka patutlah kita waspada jangan sampai dampak negatif yang terjadi di Jakarta juga terjadi di kota kita ini. Masalahnya beberapa tahun belakangan ini tanda-tanda menuju hal tersebut mulai terlihat. Salah satu indikatornya yakni kegagalan Makassar untuk meraih Piala Adipura, penghargaan bagi kota dengan lingkunagn terbersih di Indonesia, beberapa tahun terakhir. Artinya kebersihan di kota ini masih jauh dari harapan. Untuk menjadi kota dunia ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan.

* Kemacetan Lalu-Lintas

Salah satu penyebab adalah pertumbuhan kendaraan yang jauh lebih besar dari pertumbuhan jalan raya. Jarak kampus Unhas dengan rumah kira-kira 10 Km. Dulunya bisa ditempuh dengan waktu 15 menit. Sekarang bisa mencapai 30 menit (Naik motor, klo naik pete-pete bisa lebih lama lagi). Tak terbayang waktu yang terbuang percuma di jalan raya akibat kemacetan. Itu baru dari segi waktu. Belum dari segi konsumsi BBM dan kerugian lainnya. Tapi kita masih bersyukur kemacetan belum separah di Jakarta. Titik-titik yang rawan macet: Tello, Toddopuli, Panaikang, Jln. AP Pettarani.

* Banjir

Ini menjadi masalah yang sangat serius. Hujan baru turun sejam tapi Jln. Racing Center dan Jln. Perintis Kemerdekaan (Depan kantor Gubernur dan depan STMIK DP) langsung terendam. Kalau sudah begini maka kemacetan tak terhindarkan. Di Unhas pun yang katanya Universitas terbaik di Indonesia Timur juga dapat jatah banjir. Pintu 1, Pondokan Mahasiswa (Belakang Poltek), Agrokompleks dan FMIPA sudah tergenang jika hujan deras turun (Sekret KPA OMEGA juga tak ketiinggalan :-D). Buruknya drainase menjadi faktor penyebab. Bayangkan got depan rumah saya masih lebih besar dari got jalan Perintis Kemerdekaan. Ditambah perbuatan kita yang sering membuang sampah ke got/kanal maka saluran air pun menjadi tersumbat. Faktor lain adalah daerah resapan air yang berubah fungsi menjadi bangunan. Ini akibat tata kota yang kurang diperhatikan.

* Sampah

Salut dengan Bpk Walikota, Pak Ilham yang bercita-cita untuk menjadikan Makassar sebagai kota dunia dan berupaya untuk kembali merebut Piala Adipura. Kebersihan menjadi aspek utama yang perlu diperhatikan. Pasar tradisional dan kanal disebut sebagai penyumbang sampah terbesar. Membuang sampah di sembarang tempat menjadi faktor penyebab utama. Bahkan Pantai Losari yang merupakan salah satu ikon kota ini tidak luput dari sampah.

Peran Anak PA
Komunitas pencinta alam (PA) di Makassar sangat banyak jumlahnya. Karena tak semua orang menjadi anggota PA maka berbanggalah kita yang sempat menjadi anggota PA. Dan karena tidak semua orang menjadi anggota PA maka perilaku kita sebagai anggota PA tentunya harus menjadi contoh. Minimal dengan membuang sampah pada tempatnya atau membudayakan rasa malu untuk membuang sampah tidak pada tempatnya. Jangan sampai kita ini disebut sebagai “penikmat alam”. Pengalaman salah satu dosen saya yang pernah menempuh pendidikan di Prancis bisa menjadi contoh. Di Prancis orang akan menyimpan sampahnya dalam saku sampai ia menemukan tempat pembuangan sampah. Melestarikan alam dan lingkungan tentunya sangat berarti untuk generasi berikutnya. Untuk kotaku, kotamu, kota kita, Makassar…

8 komentar:

phonank

Masalah yang dialami kota makassar kok gak jauh beda dengan tempat saya tinggal yah, Jakarta.

Macetnya ada, banjir pun juga, apalagi sampah... sudah gak ketulungan lagi banyaknya sampah ini.

emang yah, budaya membuang sampah pada tempatnya masih aja sulit untuk dibiasakan kepada setiap pribadi. coba klo semua patuh dengan tata aturan, pasti lancar sentosa.. hehe

joko santoso

Semangat Makassar!!!!, agar tercapai cita-cita pak Wali Kota dan tentunya warga Makassar juga to..

iLLa

salah satunya itu juga karena ada M-Tos, huh..! yang dulunya cuman macet di tello (dekat pertigaan itu) skarang macetnya sampe depan Mtos itu.
Betul, perjalanan dari kampus Unhas ke kota jadi bertambah2 waktunya :(
betewe baca postingan ini jadi kangen Makasar juga.. trakher pulang Nopember kmaren, huaaa kangennnn :((

Billy

@phonank: betul
@joko&yaqin:thanks
@kak iLLa: nda terlalu macetmi tawwa sejak bukaan dpn mtos t4 putarnya kendaraan ditutup. Tapi klo hjn nassami macet lagi. efek samping dari banjir :(

cahaya bali

sepertinya masalah seperti itu ada di semua daerah yaa...Bali juga thu..
perlu kesadaran dari semua pihak biar bisa ditanggulangi

Nutrisi

Sudah lama saya tertarik untuk berkunjung ke Makassar. Mudah2an bisa cepat diwujudkan :)

cahayabali

saya berkunjung lagi...terimakasih kunjungan baliknya

Posting Komentar

Return top